Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah anak lahir.
Klasifikasi Klinis
1) Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early Postpartum Haemorrhage, atau Perdarahan Postpartum Primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera).
2) Perdarahan masa nifas (PPH kasep atau Perdarahan Persalinan Sekunder atau Perdarahan Pasca Persalinan Lambat, atau Late PPH).
Insidens
Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan (1965 - 1969) : 5,1%.
Etiologi
1. Atonia uteri (> 75%)
2. Robekan (laserasi, luka) jalan lahir
3. Retensio plasenta dan sisa plasenta
4. Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
Catatan :
Kemungkinan penyebab perdarahan yang lain dalam persalinan seperti :
inversio uteri, perlukaan vulva (hematoma, robekan perineum/luka episiotomi), perlukan vagina (kolpaporrhexis dan lain-lain), perlu mendapat perhatian.
Predisposisi
atonia uteri :
1) Grandemultipara
2) Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak sangat besar (BB > 4000 gram).
3) Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi).
4) Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan anteparturn).
5) Partus lama (exhausted mother).
6) Partus precipitatus.
7) Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis).
8) Infeksi uterus.
9) Anemia berat.
10) Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus).
11) Riwayat PPH (perdarahan postpartum) sebelumnya atau riwayat plasenta manual.
12) Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong-dorong uterus sebelum plasenta terlepas.
13) IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati).
14) Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam.
Gejala Klinis
1) Perdarahan pervaginam yang terus menerus setelah bayi lahir.
2)Pucat, mungkin ada tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual, dan lain-lain).
Diagnosis
1) Berdasarkan gejala klinis :
a) Perdarahan yang langsung terjadi setelah anak lahir tetapi plasenta belum lahir.'Biasanya disebabkan oleh robekan jalan lahir. Warna darah merah segar.
b) Perdarahan setelah plasenta lahir, biasanya disebabkan oleh atonia uteri.
2) Palpasi uterus : fundus uteri tinggi di atas pusat, uterus lembek, kontraksi uterus tidak baik merupakan tanda atonia uteri.
3) Memeriksa uri dan ketuban, apakah lengkap atau tidak kotiledon atau selaput ketubannya.
4) Eksplorasi kavum uteri, apakah ada bekuan darah, sisa uri dan selaput ketuban, robekan rahim atau plasenta suksenturiata (anak plasenta).
5) Inspekulo : robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.
6) Laboratorium : Hb, HCT, COT, kadar fibrinogen, tes hemoragik, dan lain-lain.
Penanganan
1) Hentikan perdarahan.
2) Cegah/atasi syok.
3) Ganti darah yang hilang : diberi infus cairan (larutan garam fisiologis, plasma ekspander, Dextran-L, dan sebagainya), transfusi darah, kalau perlu oksigen.
ATONIA UTERI
1) Masase uterus + pemberian utero tonika (infus oksitosin 10 IU s/d 1001U dalam 500 ml Dextrose 5%, 1 ampul Ergometrin i.v., yang dapat diulang 4 jam kemudian, suntikan prostaglandin.
2) Kompresi bimanuil
3) Tampon utero-vaginal secara lege antis, tampon diangkat 24 jam kemudian.
4) Tindakan operatif :
a) ligasi arteri uterina
b) ligasi arteri hipogastrika
c) histerektomi
Catatan :
a) dan b) untuk yang masih menginginkan anak. Tindakan yang bersifat sementara untukmengurangi perdarahan menunggutindakan operatifdapat dilakukan metode Ilenke! (menjepit cabang arteri uterina melalui vagina, kiri dan kanan) atau kompresi aorta abdominalis.
ROBEKAN/LASERASI JALAN LAHIR
Segera lakukan reparasi, robekan dilihat secara a vue dengan spekulum, dan dilihat dengan cermat.
Catatan :
Kolpaporrhexis dan hematoma yang besar dan tinggi (hematoma supralevatorial, parabaginal, ligamentum latom, ekstraperitonea!) kemungkinan memerlukan tindakan bedah/laparotomi.
RETENSIO PLASENTA/SISA PLASENTA
1) Retensio plasenta tanpa perdarahan masih dapat menunggu. Sementara itu kandung kemih dikosongkan, masase uterus dan suntikan oksitosin (i.v. atau i.m. atau melalui infus) dan botch dicoba perasat Crede secara lege artis. Jika tidak berhasil, dilakukan plasenta manuel.
2) Setelah plasenta manuel, diberi suntikan ergometrin 3 hari berturut-turut. Jika ada keraguan jaringan plasenta yang tertinggal, maka pads hari ke-4 dilakukan kerokan.kurentase dengan kuret tumpul ukuran besar didahuli suntikan/infus oksitosin.
3) Plasenta kaptiva atau inkarserata diberi suntikan oksitosin intraserviks untuk menambah pembukaan serviks dan diberi anestesi umum untuk melahirkan plasenta dengan memakai alat cunam ovum atau cara manuel.
4) Plasenta manuel segera dilakukan jika :
a) Perdarahan kala-III lebih dari 200 ml
b) Penderita dalam narkosa
c) Riwayat PPH habitualis
5) Plasenta akreta, inkreta dan perkreta ditolong dengan histerektomi.
6) Sisa plasenta dikeluarkan dengan kerokan.
7) Penderita diberikan uterotonika, analgetika,m roboransia, dan antibiotika.
Sumber: dari sini