Jangan abaikan vitamin yang satu ini. Bukan cuma penting buat ibu yang sedang hamil, tapi juga buat janin.
Asam folat, menurut Dr.Ir.Ali Khomsan dari Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fak.Pertanian IPB, Bogor, termasuk dalam golongan vitamin B. “Yang biasa dipasangkan dengan vitamin B-12. Jadi, orang yang mengalami defisiensi asam folat, biasanya juga akan kekurangan B-12.”
Sementara menurut Dr.Bambang Fajar,Sp.OG dari RS International Bintaro, Tangerang, asam folat adalah salah satu gugus yang berperan dalam pembentukan DNA pada proses erithropoesis. Yaitu, dalam pembentukan sel-sel darah merah atau eritrosit (butir-butir darah merah) dan perkembangan sistem syaraf.
Dalam keadaan normal, tubuh memerlukan 50 mikrogram asam folat. “Jika dalam sehari asam folat yang diserap tubuh kurang dari 50 mikrogram, maka dalam 4 bulan, ia akan terkena defisiensi asam folat ini.”
Kebutuhan asam folat akan meningkat selama kehamilan. “Bisa sampai 800 mikrogram hingga 1 miligram per harinya.” Selain itu, kebutuhan asam folat juga meningkat pada bayi, anak-anak, dan remaja, serta pada penderita penyakit tertentu, seperti kanker dan beberapa penyakit kulit.”
LAHIR PREMATUR
Kekurangan asam folat atau folic acid akan menyebabkan anemia megaloblastik. Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobinnya mengalami penurunan. Akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer. Anemia bisa juga terjadi karena kekurangan zat besi ataupun B-12, yang disebut anemia perniciosa.
Gejala anemia megaloblastik, menurut Fajar, sama dengan anemia umumnya. “Tampak lesu, mudah lelah, kurang darah, cepat mengantuk, nafas pendek, peradangan pada lidah, mual, hilangnya nafsu makan, sakit kepala, pingsan, pucat, dan agak kekuningan.”
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan tes laboratorium. “Melalui pemeriksaan darah tepi atau dari sumsum tulang, sehingga terlihat karakteristik butir-butir darahnya. Apakah karena defisiensi asam folat, zat besi, atau B-12.”
Kenyataannya hampir semua ibu hamil akan mengalami anemia, karena volume darah saat hamil meningkat rata-rata 40-50 persen, dibandingkan saat normal. Akibatnya, jumlah zat besi dan asam folat yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah akan meningkat pula secara bertahap. Pada kasus anemia ringan memang tidak menimbulkan dampak apa-apa pada janin.
“Tapi ketika sel-sel darah merah yang membawa oksigen semakin berkurang, maka janin pun akan terkena pula,” jelas Fajar. Anemia akut ini bisa mengakibatkan janin mengalami fetal neural tube defect (gangguan tulang belakang) dengan tidak terbentuknya sebagian tulang belakang janin. Akibatnya, bayi bisa mengalami kecacatan. Kecuali itu, anemia ini juga bisa mengakibatkan janin terkena BBLR (berat badan lahir rendah). “Hal tersebut bisa terjadi karena pada kasus anemia, butir-butir darahnya tidak ada sehingga aliran oksigen pada janin terganggu,” jelas Fajar.
Bukan tidak mungkin pula terjadi solutio plasentae (lepasnya plasenta dari rahim) yang mengakibatkan janin bisa meninggal, abortus spontan (keguguran) atau lahir prematur. Selain itu, bisa juga mengakibatkan kontraksi kurang bagus, kesulitan dalam persalinan, infeksi, dan uterus sulit berkontraksi.
Namun demikian, ibu hamil penderita anemia tidak harus selalu melahirkan lewat operasi. “Bila proses persalinannya tak kunjung maju, barulah dilakukan caesar.” Tetapi, bila berjalan lancar, walau ia menderita anemia, persalinan bisa dilakukan secara normal.
TERAPI
Cara memperbaikinya, menurut Fajar, sangat mudah. “Kalau si ibu menderita anemia megaloblastik, berarti ia harus mengkonsumsi asam folat yang cukup. Lakukan diet makanan yang kaya asam folat agar konsumsi zat tersebut terpenuhi, selain dibantu dengan tablet asam folat itu sendiri. Minimal 1-5 miligram per hari.”
Asam folat banyak terdapat dalam organ tubuh hewan, semacam hati. Juga dalam sayuran hijau seperti bayam, asparagus, brokoli, serta buah-buahan. “Nah, ini bedanya dengan vitamin B-12. Vitamnin B-12 banyak terdapat dalam produk hewan, tapi tidak ada dalam nabati.”
Tapi, lanjutnya, sangat sulit jika hanya mengandalkan dari makanan yang dikonsumsi sementara kebutuhan asam folat cukup tinggi. “Mau tak mau harus dibantu dengan tablet asam folat.” Tak heran, jika asam folat selalu diberikan di awal kehamilan. Tujuannya untuk mencegah sejak dini.
Apalagi, ujar Ali Khomsan, asam folat sangat rentan terhadap pemanasan yang tinggi. “Untuk mengoptimalkan asam folat, sebaiknya jangan memasak sayuran terlalu matang. Bisa saja dengan cara menumis. Baik juga jika dilakukan dengan cara dilalap. Hanya, hati-hati jika memakan lalapan sayuran mentah. Cuci dengan bersih, sehingga telur-telur cacing yang biasa ikut menempel di daun sayuran bisa hilang. Lain dengan buah-buahan yang bisa dimakan tanpa dimasak.”
Untuk olahan hewan, semacam daging atau hati, memang susah kalau tidak dimasak matang. Tapi setidaknya, olahan hewan kualitasnya biasanya lebih tinggi, sehingga daya serapnya juga lebih baik.
Saran Bagi Penderita
* Harus cukup mengkonsumsi makanan sumber asam folat, seperti sayuran hijau, buah-buhan, atau organ-organ hewan.
* Jika anemianya parah, hati-hati dalam berdiet. Laksanakan perintah dokter untuk mengkonsumsi makanan tambahan. Jangan menghentikannya, meskipun Anda mulai merasa baik.
* Berisitirahatlah sebanyak mungkin, karena anemia umumnya menyebabkan kelelahan berat. Sehingga untuk berikutnya bisa melakukan aktivitas dengan normal
Sumber: dari sini