THT

  • Sinusitis

Sumbat jalan nafas

Share:

Forensik

VISUM ET REPERTUM

TANATOLOGI
Algor Mortis
Livor Mortis
Rigor Mortis
Pembusukan Mayat


ASFIKSIA
Tenggelam (Drowning)
Penggantungan (Hanging)
Jerat (Strangulation by Ligature)
Pencekikan (Manual Strangulasi)
Pembekapan (Smothering)
Tersedak (Chocking)
External Pressure of the Chest (Asfiksia Traumatik)
Inhalation of Suffocating Gasses


TRAUMATOLOGI (Kecederaan)
Kekerasan Benda Tumpul (Blunt Force Injury)
Luka Lecet (Abrasion)
Luka Memar (Contussion)
Luka Robek (Laceration)
Luka Iris / Luka Sayat (Incissed Wound)
Luka Tusuk (Stab Wound)
Luka Bacok (Chop Wound)
Trauma Dingin (Cold Trauma)
Moist Heat (Scald Heat)
Dry Heat (Burn Heat / Luka Bakar)
Luka Listrik (Electrical Burn)
Petir (Lightning / Eliksem)

sumber: dari sini
Share:

TANATOLOGI

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.


KEMATIAN
1. Definisi
Kematian adalah berakhirnya proses kehidupan seluruh tubuh, proses yang dapat dikenal secara klinis dengan tanda kematian berupa perubahan pada tubuh mayat.

2. Penyebab, Cara dan Mekanisme dari Kematian
Penyebab kematian adalah adanya perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang menghasilkan kematian pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka tembak pada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru, dan aterosklerosis koronaria.

Mekanisme kematian adalah kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang menghasilkan kematian. Contoh dari mekanisme kematian dapat berupa perdarahan, septikemia, dan aritmia jantung. Ada yang dipikirkan adalah bahwa suatu keterangan tentang mekanime kematian dapat diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya. Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka tembak, luka tusuk, tumor ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan seterusnya. Kebalikannya adalah bahwa penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen, dapat menghasilkan banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya perdarahan atau peritonitis.

Cara kematian menjelaskan bagaimana penyebab kematian itu datang. Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme kematian yang dapat memiliki banyak penyebab dan penyebab yang memiliki banyak mekanisme, penyebab kematian dapat memiliki banyak cara). Seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif (mekanisme kematian) dikarenakan luka tembak pada jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian secara pembunuhan (seseorang menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri), kecelakaan (senjata jatuh), atau tidak dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang terjadi).


3. Jenis Kematian
a. Mati somatis (mati klinis atau sistematis)
adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan (sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, dan sistem susunan saraf pusat) secara irreversibel sehingga menyebabkan terjadinya anoksia jaringan yang lengkap dan menyeluruh. Jadi stadium kematian ini telah sampai pada kematian otak yang irreversibel (brain death irreversible). Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan pernafasan dan suara pernafasan tidak terdengar pada auskultasi. yang bersifat menetap.

b. Mati seluler (mati molekuler)
adalah berhentinya aktivitas sistem jaringan, sel, dan molekuler tubuh, sehingga terjadi kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan, hal ini penting dalam transplantasi organ. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira dua jam paska mati dan mengalami mati seluler setelah empat jam, dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 persen atau penyuntikan sulfas atropin 1 persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian pilokarpin 1 persen atau fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis hingga 20 jam paska mati. Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan cara menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20 persen, spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk transfusi sampai enam jam pasca-mati.

c. Mati suri (suspended animation, apparent death)
adalah terhentinya ketiga sistem kehidupan diatas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, dan tenggelam

d. Mati serebral
adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

e. Mati otak (mati batang otak)
adalah bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.

4. Tanda Kematian
1) Tanda kematian tidak pasti:
- Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, dan auskultasi).
- Sirkulasi berhenti, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
- Perubahan pada kulit (pucat)
- Relaksasi otot dan tonus menghilang. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga kadang-kadang membuat orang menjadi lebih awet muda. Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi primer, hal ini menyebabkan pendataran daerah-daerah yang tertekan, misalnya daerah bokong dan belikat pada mayat terlentang.
- Segmentasi pembuluh darah retina beberapa menit sebelum kematian. Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina kemudian menetap
- Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air.

2) Tanda kematian pasti:

a. Lebam mayat (Livor mortis)
Nama lain ligor mortis adalah lebam mayat, post mortem lividity, post mortem hypostatic, post mortem sugillation, atau vibices. Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah karena gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang terkena alas keras. Darah tetap cair karena adanya pembuluh darah.

Livor mortis biasanya muncul antara 30 menit sampai 2 jam setelah kematian. Lebam mayat muncul bertahap, biasanya mencapai perubahan warna yang maksimal dalam 8-12 jam. Sebelum menetap, lebam mayat akan berpindah bila tubuh mayat dipindahkan. Lebam mayat menetap tidak lama setelah perpindahan atau turunnya darah, atau ketika darah keluar dari pembuluh darah ke sekeliling jaringan lunak yang dikarenakan hemolisis dan pecahnya pembuluh darah. Fiksasi dapat terjadi setelah 8-12 jam jika dekomposisi terjadi cepat, atau pada 24-36 jam jika diperlambat dengan suhu dingin. Untuk mengetahui bahwa lebam mayat belum menetap dapat didemostrasikan dengan melakukan penekanan ke daerah yang mengalami perubahan warna dan tidak ada kepucatan pada titik dimana dilakukan penekanan.

Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah cukup banyak sehingga sulit berpindah lagi. Selain itu kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah ikut mempersulit perpindahan tersebut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam saat pemeriksaan.

Ada 3 faktor yang mempengaruhi lebam mayat, yaitu:
1.Volume darah yang beredar
Volume darah yang banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat terbentuk dan lebih luas, sebaliknya volume darah sedikit menyebabkan lebam mayat lebih lambat terbentuk dan terbatas.
2.Lamanya darah dalam keadaan cepat cair
Lamanya darah dalam keadaan cepat cair tergantung dari fibrinolisin dan kecepatan koagulasi post-mortem.
3.Warna lebam
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian, yaitu:
* Merah kebiruan merupakan warna lebam normal.
* Merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau suhu dingin.
* Merah gelap menunjukkan asfiksia
* Biru menunjukkan keracunan nitrit.
* Coklat menandakan keracunan aniline.

Walaupun lebam mayat mungkin membingungkan dengan memar, memar sangat jarang dibingungkan dengan lebam mayat. Penekanan pada daerah yang memar tidak akan menyebabkan kepucatan. Insisi pada daerah yang mengalami kontusio atau memar menunjukkan perdarahan yang menyebar ke jaringan lunak. Perbedaannya, insisi pada daerah dengan lebam mayat menampakkan darah sebatas di pembuluh darah, tanpa darah di jaringan lunak. Lebam mayat dapat kita temukan dalam organ tubuh dalam mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat:

*Lebam mayat pada kulit mayat dengan posisi mayat terlentang dapat kita lihat pada belakang kepala, daun telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari di bawah kuku, dan kadang-kadang di samping leher. Tidak ada lebam yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus dan bekas tempat dasi.
*Lebam mayat pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap dapat kita lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai.

*Lebam mayat pada kulit mayat dengan posisi mayat tergantung dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna.

*Lebam mayat pada organ dalam mayat dengan posisi mayat terlentang dapat kita temukan pada posterior otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior dinding lambung, dan usus bawah (dalam rongga panggul).

Medikolegal lebam mayat:
*Merupakan tanda kematian.
*Menentukan posisi mayat dan penyebab kematian.
*Memperkirakan saat kematian.

Livor mortis tidak terlalu penting dalam menentukan waktu kematian. Bagaimanapun, itu penting dalam menentukan apakah tubuh mayat telah dipindahkan.

b. Kaku mayat (Rigor mortis)
Rigor mortis atau kekakuan dari tubuh mayat setelah kematian dikarenakan menghilangnya adenosine trifosfat (ATP) dari otot. ATP adalah sumber utama dari energi untuk kontraksi otot. Otot memerlukan pemasukan yang berkelanjutan dari ATP untuk berkontraksi karena jumlah yang ada hanya cukup untuk menyokong kontraksi otot selama beberapa detik. Pada ketiadaan dari ATP, filament aktin dan myosin menjadi kompleks yang menetap dan terbentuk rigor mortis. Kompleks ini menetap sampai terjadi dekomposisi.

Penggunaan yang banyak dari otot sebelum kematian akan menimbulkan penurunan pada ATP dan mempercepat onset terjadinya rigor mortis, hingga tidak ada ATP yang diproduksi setelah kematian. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan yang bermakna pada ATP menjelang kematian adalah olahraga yang keras atau berat, konvulsi yang parah, dan suhu tubuh yang tinggi.

Kejadian yang seketika dari rigor mortis diketahui sebagai kadaverik spasme. Rigor mortis menghilang dengan timbulnya dekomposisi.

Pendinginan atau pembekuan akan menghambat onset dari rigor mortis selama dibutuhkan. Rigor mortis dapat “broken” dengan peregangan yang pasif dari otot-otot. Setelah rigor mortis “broken”, itu tidak akan kembali. Jika hanya sebagian rigor mortis yang dilakukan peregangan, maka masih akan ada sisa rigor mortis yang “unbroken”.

Rigor mortis biasanya muncul 2-4 jam setelah kematian, dan muncul keseluruhan dalam 6-12 jam. Ini dapat berubah-rubah. Ketika rigor mortis terjadi, menyerang semua otot-otot pada saat yang bersamaan dan kecepatan yang sama. Namun tampak lebih jelas pada otot-otot yang lebih kecil, hal ini disebabkan otot kecil memiliki lebih sedikit cadangan glikogen. Jadi rigor mortis dikatakan muncul pertama kali pada otot-otot yang lebih kecil seperti rahang, dan berurutan menyebar ke kelompok otot besar. Penampakan awal dari rigor mortis adalah pada rahang, ektremitas atas dan ekstremitas bawah. Kira-kira 0-4 jam pasca mati klinis, mayat masih dalam keadaan lemas, ini yang disebut relaksasi primer. Kemudian terbentuk rigor mortis. Setelah 36 jam pasca mati klinis, tubuh mayat akan lemas kembali sesuai urutan terbentuknya kekakuan, ini disebut relaksasi sekunder.

Keadaan-keadaan yang mempercepat terjadinya rigor mortis, antara lain aktivitas fisik sebelum kematian, suhu tubuh tinggi, suhu lingkungan tinggi, usia anak-anak dan orang tua, dan gizi yang buruk.

Ada 4 kegunaan rigor mortis:
1. Menentukan lama kematian.
2. Menentukan posisi mayat setelah terjadi mortis.
3. Merupakan tanda pasti kematian.
4. Menentukan saat kematian.

c. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terus-menerus. Pengeluaran panas tersebut disebabkan perbedaan suhu antara mayatdengan lingkungannya. Suhu tubuh pada orang meninggal secara bertahap akan sama dengan lingkungan atau media sekitarnya karena metabolisme yang menghasilkan panas terhenti setelah orang meninggal. Pada jam pertama setelah kematian, penurunan suhu berjalan lambat karena masih ada produksi panas dari proses gilkogenolisis dan sesudah itu penurunan akan cepat terjadi dan menjadi lambat kembali. Gambaran kurva penurunan suhu ini seperti huruf ‘S’ terbalik (sigmoid).

Penurunan suhu tubuh dipengaruhi:
1.Faktor lingkungan (media).
Penurunan suhu tubuh cepat bila ada perbedaan besar suhu lingkungan dengan tubuh mayat. Semakin rendah suhu media tempat mayat terletak semakin cepat penurunan suhu tubuh mayat. Penurunan suhu akan cepat bila intensitas aliran udara besar, udara yang mengalir, dan udara lembab.

2.Keadaan fisik tubuh.
Penurunan suhu tubuh makin lambat bila jaringan lemak dan otot makin tebal. Pada mayat dengan tubuh kurus akan lebih cepat dibanding yang gemuk.

3.Usia.
Penurunan suhu akan cepat pada anak dan orang tua. Pada bayi akan lebih cepat karena luas tubuh permukaan bayi lebih besar.

4.Pakaian yang menutupi.
Makin berlapis pakaian menutupi tubuh, penurunan suhu makin lambat.

5.Suhu tubuh sebelum kematian.
Penyakit dengan suhu tubuh tinggi pada saat meninggal seperti kerusakan jaringan otak, perdarahan otak, infeksi, asfiksia, penjeratan akan didahului peningkatan suhu tubuh, hal ini menyebabkan penurunan suhu tubuh lebih cepat.

Beberapa dokter mencoba untuk menentukan berapa lama eseorang telah meninggal dari suhu tubuhnya. Penentuan waktu kematian dari

suhu tubuh biasanya ditegakkan dengan menggunakan rumus. Nomor dari rumus tersebut telah ditemukan, beberapa mungkin sedikit membingungkan. Ada dua rumus yang paling mudah digunakan adalah:

1.Waktu sejak kematian = 37oC – Suhu rektal (⁰C) + 3
98.6oF – Suhu rektal (⁰F)

2.Waktu sejak kematian = 1.5

Masalah pada semua rumus-rumus yang menggunakan suhu tubuh untuk menetukan waktu kematian adalah bahwa mereka berdasarkan dari asumsi bahwa suhu tubuh pada saat waktu kematian adalah “normal”. Masalah yang kedua: Walaupun jika kita tahu berapa suhu normal itu, apakah pada waktu kematian, suhu dalam keadaan normal? Olahraga berat dapat meningkatkan suhu rektal sampai 104oF. Infeksi secara nyata dapat meningkatkan suhu tubuh. Perdarahan intraserebral atau perlukaan otak dapat membuat sistem termoregulasi dari batang otak tidak berfungsi, yang menyebabkan peningkatan dari suhu tubuh. Paparan oleh dingin dapat menyebabkan hipotermia, yaitu penurunan suhu tubuh.

d. Pembusukan (dekomposisi)
Dekomposisi terbentuk oleh dua proses: autolisis dan putrefaction. Autolisis menghancurkan sel-sel dan organ-organ melalui proses kimia aseptik yang disebabkan oleh enzim intraselular. Proses kimia ini, dipercepat oleh panas, diperlambat oleh dingin, dan dihentikan oleh pembekuan atau penginaktifasi enzim oleh pemanasan. Organ-organ yang kaya dengan enzim akan mengalami autolisis lebih cepat daripada organ-organ dengan jumlah enzim yang lebih sedikit. Jadi, pankreas mengalami autolisis lebih dahulu daripada jantung.

Bentuk kedua dari dekomposisi, yang mana pada setiap individu berbeda-beda adalah putrefaction. Ini disebabkan oleh bakteri dan fermentasi. Setelah kematian, bakteri flora dari traktus gastrointestinal meluas keluar dari tubuh, menghasilkan putrefaction. Ini mempercepat terjadinya sepsis seseorang karena bakteri telah meluas keseluruh tubuh sebelum kematian.

Onset dari putrefaction tergantung pada dua faktor utama: lingkungan dan tubuh. Pada iklim panas, yang lebih penting dari dua faktor tersebut adalah lingkungan. Banyak penulis akan memberikan rangkaian dari kejadian-kejadian dari proses dekomposisi dari tubuh mayat. Yang pertama adalah perubahan warna menjadi hijau pada kuadran bawah abdomen, sisi kanan lebih daripada sisi kiri, biasanya pada 24-36 jam pertama. Ini diikuti oleh perubahan warna menjadi hijau pada kepala, leher, dan pundak; pembengkakan dari wajah disebabkan oleh perubahan gas pada bakteri; dan menjadi seperti pualam. Seperti pualam ini dihasilkan oleh hemolisis dari darah dalam pembuluh darah dengan reaksi dari hemoglobin dan sulfida hydrogen dan membentuk warna hijau kehitaman sepanjang pembuluh darah. Lama kelamaan tubuh mayat akan menggembung secara keseluruhan (60-72 jam) diikuti oleh formasi vesikel, kulit menjadi licin, dan rambut menjadi licin. Pada saat itu, tubuh mayat yang pucat kehijauan menjadi warna hijau kehitaman.

Kegembungan pada tubuh mayat sering terlihat pertama kali pada wajah, dimana bagian-bagian dari wajah membengkak, mata menjadi menonjol dan lidah menjulur keluar antara gigi dan bibir. Wajah berwarna pucat kehijauan, berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi hitam. Cairan dekomposisi (cairan purge) akan keluar dari mulut dan hidung. Dekomposisi berlanjut, darah yang terhemolisis merembes keluar ke jaringan.

Dekomposisi terjadi cepat pada obesitas, pakaian yang tebal, dan sepsis, semua yang mempertahankan tubuh tetap hangat. Dekomposisi diperlambat oleh pakaian yang tipis atau oleh tubuh yang berbaring pada permukaan yang terbuat dari besi atau batu yang mana lebih cepat menjadi dingin karena terjadi konduksi. Tubuh mayat yang membeku tidak akan mengalami dekomposisi sampai di keluarkandari lemari es.

e. Mumifikasi
Pada lingkungan panas, iklim kering, tubuh mayat akan mengalami dehidrasi secara cepat dan akan lebih mengalami mumifikasi daripada dekomposisi. Pada saat kulit mengalami perubahan dari coklat menjadi hitam, organ-organ interna akan berlanjut memburuk, seringkali konsistensinya menurun menjadi berwarna seperti dempul hitam kecoklatan. Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi, dan waktu yang lama (12 – 14 minggu). Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal.


f. Adiposera
Adakalanya, tubuh mayat yang terdekomposisi akan bertransformasi ke arah adiposera. Adiposera adalah suatu bentuk tetap, berwarna putih keabu-abuan sampai coklat lilin seperti bahan yang membusuk dan berminyak, asam stearat. Ini dihasilkan oleh konversi dari lemak yang netral selama perbusukan ke asam yang tidak dapat dijelaskan. Hal tersebut lebih nyata pada jaringan subkutan, tetapi dapat terjadi dimana saja bila terdapat lemak. Adiposera adalah benar-benar suatu variasi dari putrefaction.

Hal ini terlihat paling sering pada tubuh yang dibenamkan dalam air atau dalam keadaan lembab, lingkungan yang hangat. Pada adiposera, lemak mengalami hidrolisis untuk melepaskan asam lemak jenuh dengan peranan dari lipase endogen dan enzim bacterial. Enzim bakterial, umumnya berasal dari Clostridium perfringens, yang mengubah asam lemak jenuh ini menjadi asam lemak hidroksi.4 Adiposera dikatakan memakan waktu beberapa bulan untuk berkembang, walaupun perkembangannya juga dapat terjadi singkat hanya selama beberapa minggu. Hal ini bergantung pada tingkat perlawanan dari bakteriologik dan degradasi dari kimia.

Perkiraan saat kematian
Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati.

1.Perubahan pada mata. bila mata terbuka pada atmosfer yang kering, sklera di kiri-kanan kornea akan berwarna kecoklatan dalam beberapa jam berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea (traches noires sclerotiques). Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis terluar dapat dihilangkan dengan meneteskan air, tetapi kekeruhan yang telah mencapai lapisan lebih dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air. Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati. Baik dalam keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi keruh kira-kira 10 – 12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam saja fundus tidak tampak jelas.

Setelah kematian tekanan bola mata menurun, memungkinkan distorsi pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter pupil dengan lamanya mati. Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati. Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan mulai memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca mati, makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi. Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning. Warna kuning juga tampak disekitar makula yang menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola vaskular koroid yang tampak sebagai bercak-bercak dengan latar belakang merah dengan pola segmentasi yang jelas, tetapi pada kira-kira 3 jam pasca mati menjadi kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat. Pada kira-kira 6 jam pasca mati, batas diskus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar yang mengalami segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning kelabu. Dalam waktu 7 – 10 jam pasca mati akan mencapai tepi retina dan batas diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa segmen pembuluh darah yang tersisa. Pada 15 jam pasca mati tidak ditemukan lagi gambaran pembuluh darah retina dan diskus, hanya makula saja yang tampak berwarna coklat gelap.

2.Perubahan dalam lambung. Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati. Namun keadaan lambung dan isinya mungkin membantu dalam membuat keputusan. Ditemukannya makanan tertentu dalam isi lambung dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut.

3.Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur.

4.Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut tersebut di atas, pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm per hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir yang bersangkutan memotong kuku.

5.Perubahan dalam cairan serebrospinal. Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen non-protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatin kurang dari 5 mg% dan 10 mg% masing-masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.

6.Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat untuk memperkirakan saat kematian antara 24 – 100 jam pasca mati.

7.Kadar semua komponen darah berubah setelah kematian, sehingga analisis darah pasca mati tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya. Perubahan tersebut diakibatkan oleh aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel yang telah mati. Selain itu gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan perubahan dalam darah bahkan sebelum kematian itu terjadi. Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.

8.Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Beberapa uji dapat dilakukan terhadap mayat yang masih segar, misalnya rangsang listrik masih dapat menimbulkan kontraksi otot mayat hingga 90 – 120 menit pasca mati dan mengakibatkan sekresi kelenjar keringat sampai 60 – 90 menit pasca mati, sedangkan trauma masih dapat menimbulkan perdarahan bawah kulit sampai 1 jam pasca mati.

Autopsi
Autopsi merupakan pemeriksaaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun bagian dalam, dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

Berdasarkan tujuannya, autposi dibagi menjadi :
1.Autopsi klinik, dilakukan terhadap mayat seseorang yang sebelumnya menderita suatu penyakit, dirawat dirumah sakit tetapi kemudian meninggal. Untuk autopsi ini mutlak diperlukan izin keluarga terdekat. Tujuan dilakukan autopsi klinik adalah :
*Menentukan sebab kematian yang pasti
*Menentukan apakah diagnosis klinis yang dibuat selama perawatan sesuai dengan diagnosa post mortem
*Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemuk€€an dengan diagnosis klinis, dan gejala-gejala klinik
*Menentukan efektifitas pengobatan
*Mempelajari perjalanan lazim suatu proses penyakit
*Pendidikan

2.Autopsi forensik, dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarka peraturan undang-undang dengan tujuan :
*Membantu dalam hal penentuan identitas mayat
*Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan saat kematian, memperkirakan cara kematian
*Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan
*Membuat laporan tertulis yang onyektif berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum
*Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu orang dalam penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah.

Untuk menentukan autopsi forensik ini, diperlukan suatu surat permintaan visum dari yang berwenang, dalam hal ini adalah penyidik. Izin keluarga tidak diperlukan, bahkan apabila ada seseorang yang menghalang-halangi dapat ditindak sesuai undang-undang yang berlaku.

1. Autopsi pada Kasus Kematian akibat Kekerasan
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat :

a.Mekanik
*Kekerasan oleh benda tajam
*Kekerasan oleh benda tumpul
*Tembakan senjata api
b.Fisika
*Suhu
*Listrik dan petir
*Perubahan tekanan udara
*Akustik
*Radiasi
c.Kimia
Asam atau basa kuat

Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat mengungkapkan berbagai hal tersebut di bawah ini.
1)Penyebab luka.
Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditentukan. Pada kasus tertentu, gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang akan meninggalkan negative imprint oleh timbulnya marginal haemorrhage. Luka lecet jenis tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.

2)Arah kekerasan.
Pada luka lecet jenis geser dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.

3)Cara terjadinya luka.
Yang dimaksudkan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang ditemukan terjadi sebagai akibat kecelakaan, pembunuhan atau bunuh diri.

Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagian tubuh yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah terlindung ini misalnya adalah daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.

Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada korban pembunuhan yang sempat mengadakan perlawanan, dapat ditemukan luka tangkis yang biasanya terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.

Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative wounds) yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

4)Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati.
Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh kekerasan yang menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa luka yang ditemukan adalah benar-benar luka yang terjadi semasa korban masih hidup (luka intravital). Untuk ini, tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka perlu mendapat perhatian. Tanda intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya resapan darah, terdapatnya proses penyembuhan luka, sebukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik, sampai pemeriksaan kadar histamin bebas dan serotonin jaringan

1.Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997
2.Mun’im A. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997
3.Teknik Autopsi Forensik. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000

Sumber: dari sini
Share:

LINGKAR PINGGANG: Barometer Kesehatan Anda

Dr. Gatut semiardji SpPD-KEMD


Obesitas kini menjadi epidemi, bahkan sejak umur balita. Dan itu menjadi masalah, karena berat badan berlebih berarti menyimpan bom waktu untuk meledaknya sejumlah penyakit di kemudian hari. Sebenarnya, Hipocrates (460-359 SM) yang lebih dikenal sebagai bapak ilmu pengetahuan, sejak jauh hari telah menyatakan bahwa orang gemuk lebih cepat meninggal.

Selain tidak enak dipandang, obesitas juga menyimpan banyak sisi negatif. Tubuh jadi cepat lelah, pernapasan terganggu, bahkan henti napas waktu tidur. Dan yang lebih seram lagi, kelewat gemuk bikin tubuh rawan dihinggapi penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, penyakit jantung, serta radang sendi. Obesitas tidak hanya dihubungkan dengan penyakit fisik, namun juga dengan masalah kejiwaan, terutama kecemasan. Masalah psikososial juga dialami oleh anak-anak yang obese.

Penyebab Obesitas

Secara sederhana, obesitas berarti keadaan penumpukan lemak yang berlebihan di jaringan adiposa. Keadaan ini timbul akibat pengaturan makan yang tidak baik, gaya hidup kurang gerak, dan faktor keturunan (genetik).

Kelebihan energi makanan yang kita konsumsi secara kumulatif akan ditimbun sebagai cadangan energi berupa lemak tubuh. Ketidak-seimbangan antara energi yang masuk dan yang digunakan tubuh membuat berat badan bertambah.

Peranan genetik dalam kejadian obesitas terbukti dari adanya risiko obesitas sekitar 2 -3 kali lebih tinggi pada individu dengan riwayat keluarga obesitas

Bagaimana mengukur obesitas?

Untuk mengukur obesitas digunakan ukuran indeks massa tubuh (IMT). IMT dihitung dari: Berat badan (Kg) dibagi Tinggi badan kuadrat (M2)

Berat-badan (Kg)

Tinggi-badan2 (M2)

Kisaran normal IMT Asia-Pasifik 18,5-22,9 kg/m².Lebih dari itu masuk kelompok berisiko, dan bila IMT di atas 25 kg/m² disebut sebagai obesitas.

Contoh: Bila tinggi badan 160 cm dan berat badan 70 kg. Maka IMT=

70 kg =

70 kg =

27,4 kg/m2

(1,6 X 1,6) m2

2,56 m2


IMT 27,4 berarti dalam keadaan obesitas dan dianjurkan menurunkan berat badan dalam kisaran 49 - 60 kg agar mencapai IMT 18,5 – 22,9

Sayang IMT tidak mencerminkan distribusi timbunan lemak di dalam tubuh. Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP) saja karena lebih praktis. Cara ini mudah, dengan menggunakan pita meteran (seperti yang digunakan oleh penjahit) diukur bagian-bagian tubuh untuk mengetahui banyaknya lemak tubuh.

Gemuk pada pria umumnya seperti apel (android), lemak banyak disimpan di pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai pir (gynecoid), penumpukan lemak terjadi di bagian bawah, seperti pinggul, pantat dan paha.

Gemuk bentuk ‘apel’ lebih berbahaya dibandingkan gemuk bentuk ‘pir’. Yang berbahaya adalah timbunan lemak di dalam rongga perut, yang disebut sebagai obesitas sentral.

Mengingat obesitas sentral sering dihubungkan dengan komplikasi metabolik dan pembuluh darah (kardiovaskuler), tampaknya pengukuran LP lebih memberi arti dibandingkan IMT. Adanya timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya LP.

Dr Xavier Jouven dkk, peneliti dari Prancis, melakukan penelitian terhadap 7.000 polisi Prancis yang meninggal antara tahun 1967 - 1984 dengan sebab serangan jantung. Mereka mengukur LP dan IMT. Pria-pria berperut buncit memiliki kemungkinan meninggal lebih cepat. Kesimpulannya: "Risiko meninggal mendadak itu meningkat karena kepadatan lemak di perut,"

Selain itu, penelitian tersebut juga mendapati bahwa ternyata orang-orang dengan IMT yang tinggi tidak berisiko meninggal dini kecuali mereka yang memiliki lingkar pinggang besar.

Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm.

"Jangan hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai dengan mengukur lingkar pinggang”


Panjang Ikat Pinggang Mencerminkan Kadar Kolesterol..!

Salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner adalah karena terjadinya dislipidemia. Manifestasi dislipidaemia adalah tingginya kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, serta rendahnya kolesterol HDL.

Selama ini dokter melakukan pemeriksaan kolesterol, tekanan darah dan tingkat kegemukan untuk mengukur risiko penyakit jantung. Kolesterol LDL lebih dikenal sebagai kolesterol jahat, karena dapat menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh koroner. Oleh karena itu, usahakan untuk selalu rendah kadar kolesterol LDL anda (<130)>

Sebaliknya jenis kolesterol HDL dikenal sebagai kolesterol baik, karena bersifat proteksi terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, usahakan selalu tinggi kadar kolesterol HDL anda (> 45 mg/dl).

Semakin banyak timbunan lemak di rongga perut akan diikuti dengan tingginya kolesterol LDL dan kolesterol total. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semakin tinggi kadar kolesterol LDL semakin panjang ikat pinggang orang tersebut.

Untuk menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, selain diet dan obat-obatan, adalah dengan menurunkan berat badan. Sedangkan untuk kolesterol HDL, semakin besar lingkar pinggang (semakin banyak timbunan lemak di perut) akan diikuti dengan merendahnya kadar kolesterol HDL. Jadi, semakin panjang ikat pinggang seseorang, maka akan semakin rendah kadar kolesterol HDLnya.

Untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL, selain obat-obatan, adalah dengan meningkatkan aktifitas fisik dan menurunkan berat badan.

Suatu penelitian membuktikan bahwa dengan melakukan senam aerobik yang membakar 6 kilokalori per menit selama satu jam, 3-4 kali /minggu dalam kurun waktu 6 bulan, dapat meningkatkan kolesterol HDL sebesar 33%.


Lingkar Pinggang sebagai Indikator Risiko Diabetes

Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang banyak diderita orang dengan berbagai komplikasinya. Berat badan yang berlebih hingga kegemukan membuat seseorang berisiko terkena diabetes.

Seorang peneliti dari Swedia menemukan bahwa lingkar pinggang dapat digunakan untuk mengukur resistensi insulin, dan dapat menjadi indikator yang baik untuk melihat apakah seseorang berisiko untuk terkena diabetes.

Resistensi insulin merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara baik. Bila dilakukan pemeriksaan darah, dapat ditemukan kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal tetapi belum sampai menjadi diabetes. Keadaaan ini disebut sebagai pra-diabetes.

SINDROM METABOLIK atau “SINDROM PERUT BUNCIT”

Sindrom metabolik adalah kumpulan gejala, yang secara bersama-sama atau sendiri-sendiri dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, dll.

Kumpulan gejala pada Sindrom Metabolik

(menurut IDF 2005) :

Obesitas ( LP wanita > 80 cm, pria > 90 cm) ditambah 2 dari 4 Faktor berikut ini :

1. Trigliserida ≥ 150 mg/dl

2. Kolesterol HDL

3. Hipertensi

Tekanan darah sistolik ≥130 mmHg

Tekanan darah diastolik ≥ 85 mmHg

4. Glukosa darah puasa ≥ 100 mg/dl

Oleh karena itu, untuk mendeteksi Sindrom metabolik perlu dilakukan:

Pemeriksaan Fisik : Lingkar Pinggang dan Tekanan Darah

Pemeriksaan Laboratorium : Glukosa Darah, Kolesterol HDL, Trigliserida, Adiponektin

Secara ringkas, agar Sindrom Metabolik tidak berkembang menjadi penyakit berbahaya, perlu dilakukan berbagai upaya, yaitu:

  1. Menurunkan berat badan
  2. Mendeteksi kelainan (lingkar pinggang, tekanan darah, data laboratorium )
  3. Intervensi terhadap kelainan yang ditemukan (diet, olahraga, obat-obatan)
  4. Evaluasi & pemantauan secara berkala (pemeriksaan fisik dan laboratorium)

Memerangi Obesitas

Apa alasan anda ingin turun berat badan ?

- Ingin tampil ideal di acara khusus (kawinan)
- Ingin lebih percaya diri

- Karena pasangan Anda !!

- Tuntutan profesi – harus berat badan ideal
- Disuruh dokter !!!

- Mengganggu kesehatan !

Seberapa serius kah ? …..

Kini banyak orang mulai berlomba-lomba mengurangi bobot tubuhnya, meskipun banyak yang melakukannya dengan cara keliru, bahkan ingin langsing dengan cara instant. Sayang bukannya langsing yang didapat, tapi ujung-ujungnya malah masuk rumah sakit.

Mengusir gemuk bisa dibilang gampang-gampang susah. Seringkali berat badan naik kembali setelah berhasil diturunkan. Hal inilah yang disebut sebagai “Efek Yo-Yo”, yaitu berat badan naik-turun seperti gerakan mainan yo-yo.

Apakah anda termasuk obese?

Jika tidak tergolong obese, pertahankan pola hidup sehat agar tidak terjadi obesitasJika tergolong obese, jangan anggap remeh, lakukan tindakan segera agar tidak muncul berbagai penyakit yang terkait obesitas

Bagaimana mencegah Obesitas ?

  • Pola makan seimbang

  • Pola hidup seimbang (olahraga / aktivitas fisik)

  • Pola pikir positif (menghindari / mengelola stress)

  • Memantau kesehatan berkala (PENTING, tetapi sering dilupakan)

Yang perlu dilakukan jika anda OBESE

  1. Menurunkan berat badan :
  • Intervensi Pola Makan

  • Intervensi Pola Aktivitas

  • Pola Hidup Sehat (tidak merokok, tidak stress)

  1. Deteksi Sindrom Metabolik : melalui pemeriksaan fisik & laboratorium

3. Tambahan terapi sesuai dengan kondisi Sindrom Metabolik

Saat ini beragam cara memerangi obesitas banyak kita jumpai, mulai cara konvensional seperti mengatur pola makan, hidup teratur, berolahraga, sampai menggunakan alat bantu misalnya obat pelangsing, akupuntur, sedot lemak, dll.

Tips Panduan Makan Pintar

  • Makan 3 kali sehari, jangan menghindari sarapan lalu makan berlebihan di siang harinya.
  • Konsumsi lebih banyak buah, sayur, padi-padian, dan sereal.
  • Kurangi camilan tinggi lemak dan makanan cepat saji misalnya keripik kentang, hot dog, dll.
  • Jangan makan terburu-buru
  • Biasakan makan teratur pada waktunya
  • Minumlah segelas air sebelum mulai makan.
  • Mulailah hidangan anda dengan sup rendah lemak atau salad
  • Perhatikan ukuran, gunakan piring yang lebih kecil.
  • Bereskan meja segera setelah makan (hindari godaan menghabiskan makanan yang tersisa).
  • Baca label, pilih makanan yang mengandung
  • Jika menggunakan mentega/margarin, oleskan tipis-tipis saja.
  • Pilih alternatif rendah lemak, misalnya susu rendah lemak
  • Batasi konsumsi daging berlemak
  • Buang semua lemak pada daging, sisihkan kulit ayam
  • Pilih cara memasak dengan dibakar / dipanggang

Obat Pelangsing

Obat yang sering dijumpai di pasaran adalah orlistat, yang bekerja menghambat penyerapan 30% lemak dari makanan di usus besar. Efek buangan minyak yang dihasilkan, bukanlah efek samping, melainkan efek kerja orlistat yang berkaitan erat dengan pola makan pasien yang tinggi lemak. Walaupun ada penurunan kadar A, D, E, K, tetapi tidak signifikan dan kadar vitamin masih dalam batasan yang diperbolehkan. Karena profil keamanannya, sampai saat ini, hanya orlistat yang disetujui oleh FDA untuk diresepkan pada anak remaja mulai 12 tahun. Orlistat terbukti menurunkan berat badan 2 kali lebih banyak dibandingkan dengan pengaturan makan dan olah raga saja.

Jenis obat lainnya berasal dari keluarga amfetamin, yang cara kerjanya menekan nafsu makan. Amfetamin bisa menimbulkan efek samping seperti insomnia, gelisah, gemetar, sakit kepala, dan hipertensi.

Sementara itu pengusir gemuk dari golongan furosemid lebih bersifat diuretika atau memaksa tubuh mengeluarkan banyak cairan melalui urin. Jika tubuh dipaksa melakukan hal ini, bukan tak mungkin akan terjadi dehidrasi.

Cara lain yang mulai trend digunakan adalah akupunktur. Tusuk jarum ini dapat mengurangi lapar dan nafsu makan, sehingga mengurangi kalori yang masuk ke dalam tubuh.

KESIMPULAN :

  • Pola hidup sehat, penting untuk mencegah / mengatasi obesitas dan risiko penyakit yang ditimbulkannya
  • Lingkar perut adalah barometer kesehatan anda. Bila bagian pinggang dari pakaian anda terasa sempit, waspadai adanya Sindrom Metabolik
  • Sindrom Metabolik, bagaikan Alert System. Walau tidak menimbulkan rasa sakit, harus dicari permasalahan yang tersembunyi dan selanjutnya dilakukan intervensi agar tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih berbahaya.

Memang tubuh langsing dan sehat selalu jadi idaman semua orang namun bukan berarti kita sembarangan 'menyiksa' tubuh kita bukan?

Jadi, hati-hati jika ingin langsing, lebih baik mulai dengan membiasakan diri hidup sehat dan berolah raga teratur.

Tubuh langsing, badanpun sehat.


Sumber: dari sini


Share:

Tes Alergi

Sering kita mendengar penyakit alergi, maka akan timbul pertanyaan di dalam pikiran kita. Apa saja yang termasuk penyakit alergi ? Bagaimana cara mengetahui alergi tersebut ?

Penyakit alergi termasuk penyakit genetik atau keturunan, yang disebabkan oleh antibodi Imunoglobulin E (Ig E). Yang termasuk penyakit alergi adalah :
  • Rinitis alergi, ditandai oleh bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal, berair.
  • Konjungtivitis alergi, ditandai oleh mata gatal, merah, berair, kelopak mata bengkak.
  • Urtikaria (biduran, kaligata), ditandai oleh kulit bentol, merah, gatal.
  • Dermatitis (eksim), ditandai oleh kulit merah, gatal, mengelupas, kasar.
  • Asma, ditandai oleh batuk lama, sesak napas, bunyi mengi waktu bernapas.
  • Pada saluran pencernaan, ditandai oleh mual, muntah, mules, diare.
    Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen).
    Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
    1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
      Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.
      Syarat tes ini :
      • Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
      • Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
        Biaya untuk test ini untuk mendeteksi 33 alergen berkisar antara Rp. 50.000 - Rp. 600.000 tergantung instansi dan peralatan yang dipakai.

    2. Patch Tes (Tes Tempel).
      Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
      Syarat tes ini :
      • Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat, mandi, posisi tidur tertelungkup, punggung tidak boleh bergesekan.
      • 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.
        Biaya untuk test ini berkisar antara Rp. 350.000

    3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
      Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam.
      Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
      Biaya untuk test ini berkisar antara Rp. 200.000 - Rp. 300.000 / alergen.

    4. Skin Test (Tes kulit).
      Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.

    5. Tes Provokasi.
      Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

      Untuk tes provokasi obat, menggunakan metode DBPC (Double Blind Placebo Control) atau uji samar ganda. caranya pasien minum obat dengan dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval 15 – 30 menit.
      Dalam satu hari hanya boleh satu macam obat yang dites, untuk tes terhadap bahan/zat lainnya harus menunggu 48 jam kemudian. Tujuannya untuk mengetahui reaksi alergi tipe lambat.

      Ada sedikit macam obat yang sudah dapat dites dengan metode RAST.
      Semua tes alergi memiliki keakuratan 100 %, dengan syarat persiapan tes harus benar, dan cara melakukan tes harus tepat dan benar.
    Share:

    Kontraksi & Persalinan

    HIS

    His (Kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur, yang secara bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu.

    Kontraksi menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim.
    Perubahan ini memungkinkan janin bisa melewati jalan lahir.

    Pembukaan serviks

    His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal perkiraan persalinan.
    Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak diketahui. Mungkin karena pengaruh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisa dan menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan).

    Persalinan biasanya berlangsung selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan pada kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8 jam).

    Show (sejumlah kecil darah yang bercampur dengan lendir dari serviks) biasanya merupakan petunjuk bahwa persalinan segera dimulai; tetapi show bisa keluar 72 jam sebelum kontraksi dimulai.
    Kadang selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban mengalir melalui serviks dan vagina. Jika selaput ketuban pecah, segera hubungi dokter atau bidan.
    Sekitar 80-90% wanita yang selaput ketubannya pecah berlanjut menjadi persalinan spontan dalam waktu 24 jam. Jika setelah lewat 24 jam persalinan belum juga dimulai dan keadaan bayinya baik, biasanya dilakukan induksi persalinan untuk mengurangi resiko infeksi akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim. Infeksi bisa menyerang ibu maupun bayinya.
    Untuk menginduksi persalinan biasanya digunakan oksitosin atau obat yang serupa.

    Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa saat persalinan semakin mendekat
    Tanda Artinya Kapan terjadi
    Perasaan seolah-olah bayi telah turun ke bawah Lightening, yaitu turunnya bayi. Kepala bayi telah masuk ke dalam panggul ibu Mulai dari beberapa minggu sampai beberapajam sebelum persalinan dimulai
    Keluar cairan dari vagina (jernih, berwarna pink atau sedikit mengandung darah) Show, yaitu lendir kental yang tertimbun di serviks selama kehamilan. Ketika serviks mulai berdilatasi, lendir ini terdorong ke dalam vagina Beberapahri sebelum persalinan dimulai atau pada awal persalinan
    Keluar cairan encer yang memancar atau mengucur dari vagina Selaput ketuban pecah, yaitu pecahnya kantung berisi cairan yg mengelilingi bayi selama dalam kandungan Mulai dari beberapa jam sebelum persalinan dimulai sampai setiap saat selama persalinan
    Pola kram yg teratur, yg mungkin dirasakan sebagai nyeri punggung atau kram menstruasi Kontraksi, yaitu mengkerut & mengendurnya rahim. Semakin dekat saat persalinan, kontraksi ini semakin kuat & bisa menyebabkan nyeri karena serviks membuka & bayi bergerak di sepanjang jalan lahir Pada awal persalinan


    Perbedaan antara his sejati dan his palsu

    Sebelum terjadinya his sejati, seorang calon ibu bisa merasakan his palsu atau kontrksi rahim yang tidak teratur. His ini disebut kontraksi Braxton Hicks.
    Ini merupakan hal yang normal dan mungkin lebih sering muncul pada sore hari.

    Mungkin sulit untuk membedakan his sejati dari his palsu. Biasanya his palsu tidak sesering dan tidak sekuat his asli. Kadang satu-satunya cara untuk mengetahui perbedaan antara his sejati dan his palsu adalah melakukan pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan dalam bisa diketahui adanya perubahan pada serviks yang menandakan dimulainya proses persalinan.

    Perbedaan antara his palsu dan his sejati
    Jenis perubahan His palsu His sejati
    Karakteristik kontraksi Tidak teratur & tidak semakin sering (disebut kontraksi Braxton Hicks) Timbul secara teratur dan semakin sering, berlangsung selama 30-70 detik
    Pengaruh gerakan tubuh Jika ibu berjalan atau beristirahat atau jika posisi tubuh ibu berubah, kontraksi akan menghilang/berhenti Meskipun posisi/gerakan ibu berubah, kontraksi tetap dirasakan
    Kekuatan kontraksi Biasanya lemah & tidak semakin kuat (mungkin menjadi kuat lalu melemah) Kontraksinya semakin kuat
    Nyeri karena kontraksi Biasanya hanya dirasakan di tubuh bagian depan Biasanya berawal di punggung dan menjalar ke depan


    Pemeriksaan yang secara rutin dilakukan terhadap wanita hamil yang sedang memasuki proses persalinan adalah:
    - Berat badan
    - Tekanan darah
    - Denyut nadi dan laju pernafasan
    - Analisa air kemih dan darah
    - Pemeriksaan perut untuk memperkirakan besar, posisi dan letak janin
    - Denyut jantung bayi
    - Pemeriksaan dalam untuk mengetahui besarnya pembukaan atau keutuhan selaput ketuban.
    Cairan ketuban yang berwarna kehijauan, penyebabnya adalah tinja janin yang pertama (mekonium) dan merupakan pertanda bahwa janin dalam keadaan gawat. Pengeluaran mekonium oleh janin biasanya terjadi hanya jika janin berada dalam keadaan gawat atau janin berada dalam letak bokong.

    Letak dan posisi janin akan mempengaruhi proses persalinan. Letak kepala merupakan letak yang terbaik untuk persalinan yang aman.
    Selama 1-2 minggu terakhir, sebagian besar janin akan berputar sehingga kepalanya terletak di bawah.
    Letak bokong dan letak bahu merupakan penyulit dalam persalinan. Persalinan akan berlangsung lebih mudah jika bayi berada dalam letak kepala dengan wajah yang menghadap ke punggung ibu.

    Selama proses persalinan, untuk mencegah dehidrasi biasanya cairan diberikan melalui infus. Selain itu, infus juga bisa digunakan untuk memberikan obat.
    Pemberian cairan melalui infus memungkinkan ibu untuk tidak makan dan minum selama persalinan sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya muntah dan terhirupnya muntahan. Menghirup muntahan bisa menyebabkan sindroma Mendelson (peradangan paru-paru).
    Untuk menetralisir asam lambung, antasid biasanya diberikan pada saat masuk rumah sakit dan selanjutnya setiap 3 jam. Antasid bisa mengurangi resiko kerusakan paru-paru akibat terhirupnya muntahan.

    Tahapan persalinan:

    A. Kala I : mulai dari awal his sampai pembukaan lengkap (sekitar 10 cm)

  • Fase awal (fase laten)
    - Kontraksi semakin kuat dan teratur
    - Rasa nyeri masih bersifat minimal
    - Serviks menipis dan membuka sampai sekitar 4 cm
    - Fase ini berlangsung selama 8,5 jam (pada kehamilan pertama) dan 5 jam (pada kehamilan selanjutnya)
  • Fase aktif
    - Serviks membukan sampai 10 cm
    - Bagian terendah bayi (biasanya kepala) mulai turun ke dalam panggul ibu
    - Ibu mulai merasakan desakan untuk mengedan
    - Fase ini berlangsung sekitar 5 jam (pada kehamilan pertama) dan 2 jam (pada kehamilan berikutnya)

    B. Kala II : mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi keluar dari rahim ibu.
    Berlangsung selama 60 menit (pada kehamilan pertama) dan 15-30 menit (pada kehamilan berikutnya).

    C. Kala III : mulai dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta (ari-ari). Biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit.

    Selama Kala I, ibu dilarang mengedan karena mengedan sebelum pembukaan lengkap akan menghabiskan tenaga dan bisa menyebabkan robekan pada serviks. Denyut jantung ibu dan bayi diperiksa setiap 15 menit.
    Jika denyut jantung bayi terlalu cepat atau terlalu lambat, maka dipertimbangkan untuk melahirkan bayi melalui operasi sesar atau dengan bantuan forseps atau tindakan korektif lainnya (misalnya ibu disuruh berbaring miring ke kiri, menambah jumlah cairan infus atau memberikan oksigen melalui selang hidung).

    Selama Kala II, ibu diharuskan mengedan setiap merasakan kontraksi agar bayi terdorong ke vagina.
    Pemantauan denyut jantung bayi dilakukan setiap 3 menit.


    Persalinan spontan

    Teknik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metoda Lamaze.
    Teknik lainnya adalah metoda Leboyer, yang terdiri dari melahirkan di ruang gelap dan merendam bayi dalam air hangat segera setelah dilahirkan.

    Pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama persalinan digunakan teknik relaksasi dan pernafasan.
    Untuk mempelajari teknik ini, calon ibu dan suaminya bisa mengikuti latihan di rumah sakit maupun klinik bersalin.

    Pada teknik relaksasi, ibu secara sadar menegangkan sebagian tubuhnya kemudian mengendurkannya. Teknik ini membantu ibu mengendurkan seluruh tubuhnya ketika rahim berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi.

    Beberapa jenis pernafasan bisa membantu ibu dalam menghadapi persalinan Kala I (sebelum diperbolehkan mengedan):
  • Menarik nafas dalam (untuk membantu ibu relaks), dilakukan pada awal dan akhir kontraksi
  • Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat kontraksi mencapai puncaknya
  • Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nafas melalui mulut, dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum terjadi pembukaan lengkap).

    Pada stadium II, ibu mulai boleh mengedan dan diselingi dengan menarik nafas cepat dan pendek.

    Selama hamil, calon ibu dan pasangannya sebaiknya melakukan latihan teknik relaksasi dan pernafasan secara rutin.
    Selama persalinan berlangsung, sang suami bisa membantu calon ibu dengan mengingatkan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap tahapan persalinan dan menenangkannya jika terlihat tegang. Pemijatan bisa membantu mengurangi ketegangan pada calon ibu.


    Menghilangkan nyeri selama persalinan

    Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu anlgetik dan anestesi.
    Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
    Anestesi adalah hilangnya rasa. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar.

    Tidak semua wanita yang akan menjalani memerlukan obat pereda nyeri dan tidak semua rumah sakit menawarkan semua jenis obat pereda nyeri.
    1. Analgetik sistemik
      Analgetik sistemik seringkali diberikan dalam bentuk obat suntik yang disuntikkan melalui otot (intramuskuler maupun pembuluh darah (intravena). Obat ini meredakan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran.
      Analgetik sistemik bekerja pada seluruh sistem saraf. Kadang obat lainnya diberikan bersamaan dengan analgetik sistemik untuk mengurangi ketegangan atau rasa mual.

      Efek sampingnya ringan, yaitu berupa perasaan berputar atau sulit berkonsentrasi.
      Obat ini tidak diberikan sesaat sebelum persalinan karena bisa menyebabkan refleks dan pernafasan bayi ketika lahir menjadi lambat.

    2. Anestesi lokal
      Anestesi lokal biasanya hanya memberikan pengaruh kepada bagian tubuh tertentu.
      Untuk menghindari robekan pada perineum (daerah antara vagina dan rektum) ibu, sebelum bayi lahir dilakukan episiotomi, yaitu pemotongan jaringan vagina. Anestesi lokal bisa diberikan setelah episiotomi dilakukan atau ketika dilakukan penjahitan luka episiotomi.
      Anestesi lokal jarang berpengaruh terhadap bayi.

    3. Blok pudenda
      Blok pudenda disuntikkan sesaat sebelum persalinan untuk menghilangkan nyeri di daerah perineum.
      Blok pudenda mengurangi nyeri yang mungkin akan dirasakan ibu di sekitar vagina dan rektum ketika bayi bergerak di sepanjang jalan lahir.
      Blok pudenda merupakan jenis anestesi yang paling aman dan jarang terjadi efek samping yang serius.

    4. Blok epidural
      Blok epidural (suatu anestesi regional) akan mempengaruhi bagian tubuh yang lebih luas. Cara ini menyebabkan hilangnya rasa pada tubuh bagian bawah.
      Luasnya pembiusan tergantung kepada jenis dan dosis obat yang digunakan.
      Blok epidural disuntikkan ke dalam punggung bagian bawah. Obat disuntikkan melalui rongga epidural yang berada diluar korda spinalis. Tempat ini dilalui oleh saraf yang membawa rasa nyeri dari tubuh bagian bawah.
      Blok epidural membantu mengurangi nyeri akibat kontraksi dan nyeri pada vagina ketika bayi lahir.
      Blok epidural dalam dosis yang lebih tinggi digunakan untuk menghilangkan nyeri pada operasi sesar.
      Efek samping dari blok epidural adalah penurunan tekanan darah ibu yang bersifat sementara, yang bisa menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, biasanya kepada ibu diberikan cairan melalui infus atau ibu diminta untuk berbaring miring guna memperbaiki peredaran darahnya.

      Efek samping yang serius dari blok epidural adalah:
      - Sakit kepala hebat yang jika tidak diobati bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Ini terjadi jika selaput yang membungkus korda spinalis mengalami robekan.
      - Kesulitan bernafas terjadi jika obat masuk ke dalam cairan spinal.
      - Pusing atau kadang kejang, jika obat masuk ke dalam vena.

    5. Blok spinalis
      Blok spinalis menyerupai blok epidural, yaitu suntikan obat bius pada punggung bagian bawah.
      Blok spinalis biasanya hanya diberikan sekali selama persalinan berlangsung.
      Blok spinalis bisa digunakan untuk operasi sesar dan persalinan dengan bantuan forseps atau ekstraksi vakum.
      Kadang blok spinalis menyebabkan terjadinya efek samping yang serupa dengan blok epidural.

    6. Pembiusan total
      Pembiusan total menyebabkan wanita yang akan melahirkan tidak sadarkan diri dan tidak merasakan nyeri.
      Pembiusan total tidak digunakan untuk mengurangi nyeri akibat kontraksi karena bisa menyebabkan bayi tertidur dan memperlambat refleks dan pernafasan bayi.
      Pembiusan total digunakan untuk operasi sesar.
      Efek samping yang serius (tetapi jarang terjadi) pada pembiusan total terjadi jika makanan atau asam dari lambung masuk ke trakea (saluran udara) dan paru-paru dan menyebabkan cedera. Untuk menghindari hal ini, biasanya sebelum menjalani pembiusan total, ibu tidak boleh makan dan agar asam lambung tidak sampai masuk ke paru-paru, biasanya diberikan antasid.
    Persalinan adalah keluarnya janin dan plasenta dari rahim.


    PERSALINAN

    Persalinan adalah keluarnya/lahirnya janin dan plasenta dari rahim.

    Di ruang bersalin, ibu dibaringkan pada posisi setengah duduk agar gaya gravitasi bisa digunakan semaksimal mungkin. Tekanan janin membantu peregangan jalan lahir dan perineum secara bertahap sehingga resiko robekan semakin kecil. Posisi ini juga menyebabkan berkurangnya tegangan pada punggung dan panggul ibu.
    Sebagian ibu lebih menyukai posisi berbaring terlentang meskipuni posisi ini bisa menyebabkan persalinan berlangsung lebih lama dan memerlukan bantuan.

    Setiap rahim berkontraksi, ibu harus mengedan untuk membantu turunnya janin ke jalan lahir dan untuk memperlebar lubang vagina sehingga bagian kepala janin yang tampak semakin besar.

    Forseps adalah sebuah alat yang bentuknya menyerupai tang dan terbuat dari logam, yang digunakan untuk menarik bayi keluar dari jalan lahir.
    Forseps digunakan jika ibu tidak kuat mengedan karena telah menerima suntikan epidural atau jika bayi berada dalam keadaan gawat.

    Jika lubang vagina tidak cukup teregang sehingga bayi tidak dapat melewatinya dan jika kemungkinan akan terjadi robekan, maka dilakukan episiotomi (pemotongan dinding vagina danperineum).
    Episiotomi dilakukan untuk mempermudah proses persalinan dan untuk mencegah robekan yang lebih tidak beraturan dan lebih sulit diperbaiki.

    Setelah kepala bayi lahir, tubuh bayi akan berputar miring sehingga bahu bisa dilahirkan dengan mudah. Selanjutnya, bagian tubuh bayi yang lainnya biasanya akan segera lahir.
    Lendir dan cairan dari hidung, mulut dan tenggorokan bayi dihisap melalui selang kecil. Tali ari-ari dijepit dan dipotong untuk mencegah perdarahan.
    Bayi lalu dibungkus dengan selimut dan diberikan kepada ibu.

    Setelah bayi lahir, perut ibu ditekan dengan lembut untuk merangsang kontraksi rahim. Pada kontraksi pertama atau kedua setelah persalinan, biasanya plasenta akan lepas dari rahim dan dikeluarkan.
    Setelah seluruh plasenta keluar, diberikan suntikan oksitosin dan perut ibu dipijat secara periodik untuk merangsang kontraksi rahim. Kontraksi ini penting untuk mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

    Luka robekan karena episiotomi lalu dijahit. Kemudian ibu dipindahkan ke ruang pemulihan.
    Jika tidak memerlukan perawatan khusus, bayi bisa dibiarkan bersama ibu (rooming in). Dengan metoda rooming in, ibu bisa menyusui bayinya sesuai dengan kebutuhan bayi dan ibu juga belajar merawat bayinya sendiri.

    Komplikasi (terutama perdarahan) sering terjadi dalam 4 jam pertama setelah persalinan. Karena itu pada saat ini dilakukan pemantauan ketat terhadap ibu-ibu yang baru melahirkan anaknya.
  • Share:

    Obstetri dan Ginekologi

    Share:

    recent posts

    Popular Posts

    Labels

    Blog Archive

    Recent Posts